Monday, September 7, 2009

Tuhan dan Agama

Pertanyaan yang paling sering diterima seorang ateis adalah “Kalau Tuhan itu tidak ada, lantas dari mana kita semua ini?” Semua agama besar di dunia ini rata-rata berasal dari masa ribuan tahun lalu. Suatu masa di mana sangat banyak hal, peristiwa dan kejadian yang sepertinya tidak mempunyai jawaban dan tidak bisa dijelaskan. Bayangkan di tahun 200 Masehi Anda mendapat pertanyaan seperti:

  • Mengapa tanah bergetar dan sekejap kemudian laut mengirimkan gelombang raksasa ke daratan?
  • Dari mana manusia berasal? Dari mana pohon raksasa, rusa, singa dan binatang-binatang itu berasal?
  • Benda-benda apakah yang bersinar terang di atas langit di waktu malam dan mengapa jumlahnya demikian banyak? Dari mana semua itu berasal?
  • Mengapa bayi itu lahir tanpa kaki?
Konsep imajiner tentang sosok maha bisa, maha tahu dan maha segalanya adalah hasil dari peradaban kuno yang masih tidak tahu apa dan bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Konsep sosok itulah yang lambat laun berkembang menjadi pilar tengah agama dan kepercayaan di seluruh dunia. Semua pertanyaan yang tampaknya tidak mempunyai jawaban akan dikembalikan kepada sosok misterius tersebut. Dialah yang membuat tanah bergetar, dialah yang membuat kita semua, dialah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dialah yang memutuskan bahwa sang bayi harus lahir tanpa kaki, dan sebagainya dan seterusnya.

Orang-orang di India pada masa itu menyebut sosok itu Dewa Khrisna. Orang-orang Cina kuno menyebutnya Pan-Gu, di Yunani sosok itu dikenal sebagai Dewa Zeus, sementara di Arab dikenal sebagai Allah. Walaupun nama yang diberikan berbeda-beda, semua sosok tersebut mempunyai sifat yang sama yakni maha tahu dan maha bisa, suka disembah dan dipuja-puji, dan harus sangat dihormati. Bila tidak percaya kepadanya, diberikan ancaman akan diganjar dengan api panas dan bara abadi saat maut menjemput sementara bila melakukan hal-hal yang diperintahkan olehnya, dijanjikan sebuah tempat nan indah dan “hidup abadi”. Ini adalah jawaban mengapa sedemikian banyak agama dan jenis dewa atau Tuhan di dunia ini.

Pada masa-masa itu nyaris setiap kebudayaan mempunyai Tuhan pencipta masing-masing. Lama kelamaan Tuhan yang dipercayai oleh kebudayaan yang kuat akan menghilangkan Tuhan yang dianut oleh kebudayaan yang lebih lemah. Islam pada masa-masa awalnya disebarkan dengan perang dan di bawah senjata. Tidak berbeda dengan Kristen, kolonialisasi Spanyol terhadap Amerika Selatan menghilangkan Tuhan bangsa Inca, Maya dan menggantikannya dengan sosok Yesus. Kolonialisasi Perancis terhadap beberapa negara di Afrika juga demikian. Penjajahan Belanda selama 350 tahun di Indonesia serta kedatangan pelaut Portugis juga mempunyai peran penting terhadap penyebaran Tuhan bangsa mereka di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian timur. Tentu tidak semua agama disebarkan melalui perang dan senjata. Beberapa agama berhasil mendominasi kebudayaan tertentu tanpa pertumpahan darah namun dengan kurun waktu yang sangat lama. Dedikasi penuh dari para penyebarnya, membuat agama tertentu berhasil tumbuh dengan subur.

Apabila ada hal-hal yang tampaknya tidak bisa dijawab atau dijelaskan oleh agama, dengan mudah akan dilemparkan kepada Tuhan:
  • Tuhan punya rencana. Kita manusia hanya bisa menerima.
  • Tuhan bekerja secara misterius.
  • Terjadilah apa yang diinginkan olehnya.
Coba jawab dengan jujur: seberapa sering Anda mendapat jawaban ini dari orang lain atau bahkan Anda sendiri memberikan jawaban ini kepada orang lain?

Akan tetapi, orang-orang yang percaya pada sosok imajiner maha sakti dan maha bisa itu tetap mendominasi dunia. Agama tetap ada. Ia tidak hilang dan untuk jangka waktu yang sangat lama, sepertinya agama akan tetap ada. Mengapa?

Agama tetap eksis dikarenakan ia menyentuh satu hal yang secara alami sangat ditakuti oleh manusia, yakni kematian. Coba lihat apa yang ditawarkan oleh semua agama dan Anda akan melihat bahwa jawabannya nyaris seragam. Berbuat baiklah semasa hidup dan patuhlah pada apa yang dikatakan oleh Tuhan, maka waktu Anda mati, Anda akan tinggal di sebuah tempat yang begitu luar biasa indah. Akan tetapi jika Anda melawan, berbuat jahat dan membangkang terhadap kata-kata Tuhan, ia akan melemparkan Anda ke dalam lautan api abadi dan menggoreng Anda sepanjang masa di situ. Agama Kristen berkata bahwa jika Anda tidak melalui Yesus, maka Anda tidak akan sampai pada kerajaan Bapa. Ini berarti semua orang Islam, Hindu, Buddha dan lainnya yang tidak percaya kepada Yesus sudah dipastikan akan hidup dalam kuali panas setelah ia meninggal. Ajaran Islam jelas menganggap bahwa non-muslim adalah kafir dan kafir tidak mengenal Allah, dengan demikian otomatis bila meninggal akan menjadi penghuni abadi neraka.

Karena janji itulah agama bisa memberikan kelegaan, rasa damai dan ketenangan karena ada jaminan bahwa hidup orang yang percaya pada agama tersebut tidak sia-sia di dunia ini. Rasa damai dan ketenangan ini akan semakin menjadi-jadi apabila semenjak kecil ia telah ditanamkan konsep ini. Dari sisi lain, karena ancaman yang menyeramkan, orang-orang takut untuk tidak percaya dan karenanya menerima apa saja yang disodorkan oleh agama yang ia percayai. Saya tidak tahu tentang Anda, tapi dari pengalaman saya sewaktu masih menjadi penganut Katolik yang taat, acapkali saya mendapati situasi, keadaan, di mana apa yang saya percayai tidak sesuai dengan akal sehat, logika, nalar serta kenyataan yang ada. Akan tetapi saya takut untuk meragukan kepercayaan saya karena meragukan Tuhan hukumannya adalah dosa besar dan diancam akan dibakar setelah saya mati. Namun bila saya bertanya kepada pastor atau orang yang saya anggap kompeten di bidang ini, jawaban yang saya terima selalu tidak jauh dari agar saya menerimanya sebagai keinginan Tuhan. Titik. Tidak ada penjelasan yang lebih logis. Tidak ada keterangan lebih lanjut yang dapat menyentuh nalar. Penjelasan dari agama ibarat pil yang diberikan oleh dokter. Cukup terima dan telan saja dan tidak perlu banyak bertanya.

Dalam agama Kristen (agama yang paling tidak asing bagi saya), kata-kata Tuhan ditulis oleh orang-orang yang konon dibimbing secara magis oleh Tuhan sendiri di dalam sebuah buku yang disebut Injil atau Alkitab. Faktor ini pulalah yang barangkali membuat Tuhan bangsa Israel ini lebih dapat diterima karena ada “bukti” bahwa Tuhan memang “bicara” kepada manusia. Berbekal buku ini pulalah para misionaris menyebarkan “kata-kata” Tuhan tadi ke seluruh penjuru dunia.

Selain itu, pada sebagian besar orang, agama adalah warisan dari orang tua ke anaknya sehingga sejak kecil ditanamkan kepadanya tentang sosok Tuhan dan dogma tentang agama. Seorang bocah di Afganishtan yang kepadanya ditanamkan begitu kuat sosok Allah SWT akan tumbuh menjadi seorang Islam. Seorang bocah yang lahir pada zaman Yunani klasik akan percaya bahwa alam semesta lahir dari ciptaan Zeus. Seorang bocah yang lahir di tepi sungai Gangga, India hanya akan percaya bahwa Dewa Krisna adalah Tuhan satu-satunya di dunia ini yang paling benar. Daftar ini akan berlanjut terus dan terus. Seorang Kristen yang mengaku bahwa ia merasakan kehadiran Yesus dan bahkan berbicara kepadanya akan dianggap gila dan berhalusinasi oleh mereka yang hanya percaya pada Allah SWT. Demikian juga sebaliknya. Yang lucunya adalah tidak seorangpun dari mereka bisa membuktikan bahwa merekalah yang paling benar. Tidak seorangpun dari mereka bisa menunjukkan dan memaparkan bukti. “Bukti” paling nyata yang bisa mereka berikan hanya berupa perasaan, feeling, keyakinan.

Saya bisa saja menelpon markas besar Guinness Book of Record dan mengatakan kepada mereka bahwa saya bisa menahan nafas selama 1 jam dalam air. Orang lain juga bisa menyangkal dan mengatakan bahwa dia bisa menahan nafas selama 2 jam. Namun saya ragu nama saya ataupun nama orang lain akan dicatat di daftar rekor begitu saja tanpa ada bukti apapun bahwa memang saya bisa melakukannya. Yang lucu lagi adalah waktu mereka meminta bukti, saya berkata “Percayalah! Jika tidak, Anda akan disiksa suatu hari nanti” sementara orang lain yang mengaku bisa menahan nafas 2 jam akan berkata “Kamu benar-benar tersesat! Tidak percaya bahwa saya bisa menahan nafas 2 jam dalam air. Suatu hari kamu akan menyesal”. Benar-benar sangat menyenangkan, bukan?

No comments:

Post a Comment